Rabu, 09 Mei 2012

Tipe Tokoh Dalam Film

Tipe Tokoh
                        Aktor film dapat dibagi dalam beberapa kelompok. Tapi bagi kita barangkali lebih banyak artinya jika actor – actor ini kita teliti dalam hubungan cara mereka mamainkan peranan mereka dalam hubungan pribadi mereka. Dalam buku A Primer for Playgoers, Edward A. Wright dan Lenthiel H. Downs memberikan sebuah pemecahan praktis tentang tipe – tipe ini : 
1)                              Impersonator adalah seorang tokoh yang memiliki bakat untuk melepaskan identitas dirinya dan kepribadiaannya yang alamiah dan mengambil alih sepenuhnya kepribadian dan watak seorang tokoh secara penuh, meskipun tokoh tersebut tidak banyak memiliki sifat – sifat yang sama seperti yang dimiliki actor tersebut. Aktor seperti ini dapat memasuki sebuah peranan secara penuh, merubah sifat – sifat pribadi, fisik dan cirri – cirri vokalnya sedemikian rupa hingga ia seakan – akan betul – betul menjadi tokoh yang ia mainkan, dan kita pun lalu tidak mampu lagi melihat identitasnya sebagai seorang actor. Peranan yang dimainkan oleh actor – actor impersonator ini hampir tidak terbatas macamnya.[1]
2)                              Interpreter adalah seorang actor yang memainkan tokoh – tokoh yang mempunyai kemiripan dengan dirinya dalam kepribadian dan penampilan fisik dan yang menafsirkan peranan  - peranan ini secara dramatik tanpa melepaskan keseluruhan identitasnya. Biarpun ia dapat merubah dirinya sedikit supaya cocok dengan peranan yang ia mainkan, ia tidak berusaha untuk melakukan untuk radikal pada cirri – cirri kepribadiannya, cirri – cirri fisiknya atau sifat suaranya. Sebaliknya ia memberikan warna atau menafsirkan peranan tersebut dengan jalan menyaringnya melalui sifat – sifatnya yang terbaik, dan mengubahnya hingga sesuai dengan kesanggupan yang menjadi perangkat pribadinya.. hasilnya adalah sebuah kompromi  yang efektif antara actor dan peranan, antara identitas yang sebenarnya dan identitas yang ia kenakan.[2]
3)                              Aktor Personality adalah seorang actor yang memainkan dirinya sendiri dan yang bakat utamanya tidak lebih dari sekedar menampilkan diri pribadinya. Ia memproyeksikan cirri – cirri pokok dari kejujuran, kebenaran dan kewajaran dan ia memiliki daya tarik dinamik dan magnetic yang dikesankan melalui penampilan yang menonjol suatu keistimewaan fisik atau vocal, atau cirri khusus lainnya yang dikomunikasikan dengan kuat sekali pada kita di atas layar putih.[3]


[1] M. Boggs Joseph, Cara Menilai Sebuah Film, terj. Asrul Sani (Jakarta : Yayasan Citra, 1986), hlm. 197.
[2] Ibid, hm. 198.
[3] Ibid, hm. 199.

Film Sebagai Objek Analisis Semiotik


 Film Sebagai Objek Analisis Semiotik
                Film merupakan bidang yang amat relevan bagi analisis semiotik. Seperti yang dikemukakan Art Van Zoest, film dibangun dengan tanda – tanda semata. Tanda – tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerjasama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan tanda – tanda fotografi statis, rangkaian tanda dalam film menciptakan imajinasi atau sistem penandaan. Pada film digunakan tanda – tanda ikonis yaitu tanda – tanda yang menggambarkan seseuatu. Gambar yang dinamis pada sebuah film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya.[1]
                        Analisis semiotik pada film berlangsung pada teks yang merupakan struktur dari produksi tanda. Bagian struktur penandaan dalam film biasanya terdapat dalam unsur tanda paling kecil, dalam film disebut scene. Scene dalam film merupakan satuan terkecil dari struktur cerita film atau biasa disebut alur. Alur sendiri merupakan sejumlah motif satuan – satuan fiksional terkecil yang terstruktur sedemikian rupa sehingga mampu mengembangkan tema serta melibatkan emosi – emosi. Sebuah alur biasanya mempunyai fungsi estetik pula, yakni menuntun dan mengarahkan perhatian penonton ke dalam susunan motif – motif tersebut.
                        Analisis semiotik berupaya menemukan makna tanda termasuk hal – hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya sangat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut berada.[2]   
            Di dalam teori semiotika, proses pemaknaan gagasan, pengetahuan atau pesan secara fisik disebut representasi. Secara lebih tepat ini didefinisikan sebagai penggunaan tanda – tanda untuk menampilkan ulang sesuatu yang dicerap, diindra, dibayangkan atau dirasakan dalam bentuk fisik.[3] Cerita pada film tidak saja berupa refleksi dari realitas kehidupan masyarakat yang dipindahkan ke dalam seluloid semata, film juga menjadi media representasi dari kehidupan masyarakat. Dalam hal ini film menghadirkan dan membentuk kembali realitas berdasarkan kode – kode, konvensi – konvensi dan ideologi dari kebudayaan. Menurut Stuart Hall, seperti dikutip Budi Irawanto, film sebagai sebuah konsep representasi memiliki beberapa definisi fungsi, yaitu menunjuk, baik pada proses maupun produksi pemaknaan suatu tanda. Representasi juga menjadi penghubung makna dan bahasa dengan kultur. Lebih jauh lagi, makna dikonstruksi oleh sistem representasi dan diproduksi melalui sistem bahasa yang fenomenanya bukan hanya melalui ungkapan – ungkapan verbal tapi juga visual.


[1] Rachmat Kriyantono, Teknik praktis riset komunikasi, ( Jakarta :Prenada Media Group, 2008), Hlm. 263.
[2] Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), hlm. 3.

[3] Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), hlm.128.

Kamis, 14 April 2011

Keunikan Pantai Ngobaran






Pantai Ngobaran merupakan pantai yang sangat eksotis di Indonesia yang terletak di tepi tebing cadas, diapit oleh pantai Ngrenehan dan Nguyahan.  Pantai indah yang masih natural ini terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di daerah Kanigoro, kecamatan Saptosari, kabupaten Gunungkidul, kira-kira 35 km dari pusat kota Wonosari ( ibu kota kabupaten Gunungkidul) ke arah selatan.
Pantai ini juga menyimpan nilai sejarah dan pesona budaya, salah satu tempat bersejarah  yang tersimpan di pantai ngobaran ini. Adanya gua ngobaran dan mata air yang saling berdekatan, keduanya menpunyai keterkaitan dengan asal mula pantai ngobaran. Goa ngobaran ini dulunya di gunakan Prabu Brawijaya sebagai persembunyian dari kejaran prajurit Raden Patah, sedangkan mata air yang letaknya berdekatan dengan goa tersebut dimanfaatkan Prabu Brawijaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari beliau. Di samping itu mata air ini memiliki mitos, yang konon katanya barang siapa yang mandi ataupun mencuci muka akan tampak lebih muda. Selain itu pantai Ngobaran juga mempunyai keunikan tersendiri, diantaranya terdapat tempat – tempat peribadatan, yaitu masjid yang menghadap ke selatan, pura, dan tempat bagi orang – orang kejawen.
Naaaah........bagi kalian semua pantai ini menjadi tempat alternatif untuk menghabiskan akhir pekan, karena kalau sudah di pantai ini rasanya seperti di Bali.hahaha 

Selasa, 12 April 2011

Secangkir Kopi dan Rokok

 

          Saat malam semakin larut dan kebanyakan mata orang sudah terpejam lelap, banyak orang - orang yang masih ngobrol ( ngumpul ) di tempat nongkrong ditemani dengan segelas kopi sambil menghisap rokok. Secangkir kopi dan sebatang rokok menjadi sebuah inspirasi bagi mereka. Seteguk kopi mengalir melalui tenggorokan disusul dengan sebulan asap rokok dari mulut membuat obrolan semakin hangat. Kebanyakan dari mereka merupakan mahasiswa yang suka menghabiskan sisa waktu malamnya di tongkrongan, entah sambil mengerjakan tugas, berdiskusi ataupun cuma santai saja. Di Jogja sendiri memang sudah banyak terdapat tongkrongan yang menjadi favorit bagi setiap orang. Tak perlu menunggu hari libur, hari - hari biasa pun tempat tongkrongan ini tetap ramai dikunjungi para penikmat kopi.
          Memang bagi seseorang yang sudah pecandu kopi setiap hari harus minum kopi, apalagi ditambah dengan rokok akan membuat rasanya lebih nikmat. Kopi sendiri mempunyai berbagai macam rasa, dan semua itu mempunyai ciri khas tersendiri. Bagi pecandu kopi tentu akan bisa membedakan jenis - jenis rasa dari kopi tersebut. Mereka yang sudah candu biasanya lebih suka kopi yang kental, tapi itu pun tergantung selera masing - masing.
           Bagi mereka yang kesepian, kopi dan rokok pun terkadang menjadi teman tersendiri. Dengan minum kopi dan menghisap rokok mereka bisa sejenak melupakan masalah yang sedang membani. Di samping itu kopi bisa membuat pikiran dan imajinasi mereka lebih jalan. Jadi tidak jarang setelah minum kopi mereka bisa menghasilkan ide - ide yang cemerlang.


kopi sebagai teman setia
tak lengkap rasanya minum kopi 
tidak disertai menghisap rokok
seteguk kopi yang mengalir melalui tenggorokan
membuat pikiran menjadi lebih tenang
asap rokok yang dihisap
membakar semua beban pikiran yang ada
kopi...rokok
memang teman setia dikala hati ini senang ataupun sedih

Sabtu, 09 April 2011

jam

Kebersamaan

Kebersamaan dengan teman - teman adalah hal yang sulit dilupakan bahkan bisa dikatakan tidak bisa dilupakan. Bersama teman - teman kita bisa berbagi rasa susah ataupun senang. Teman merupakan satu hal penting dalam kehidupan.